
Surat! Terdengar asing di jaman serba instan saat ini.
Di jaman serba modern seperti sekarang ini, tentulah yang namanya menulis surat menjadi sesuatu yang sangat langka atau nyaris tidak dilakukan orang lagi. Bahkan mungkin banyak (terutama anak-anak dan remaja) yang tidak pernah menulis atau menerima surat atau bahkan tidak pernah tau seperti apa bentuk surat. Namun, justru menulis/menerima surat membuat ikatan emosional antara si penulis dan si penerima terasa lebih dekat dan dalam. Beda hal-nya dengan menulis di social media kayak facebook atau twitter. Dan hal itu udah ku alami sendiri dimana dulu setiap kali menulis surat pasti sekaligus membayangkan wajah si penerima surat dan ketika menerima balasan suratnya, wah.. rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata. Beneran! Bukan lebay, loh! Kalo yang pernah kirim surat dan dapat surat balasan pasti paham dengan apa yang kurasakan. Mungkin pesan ini juga yang ingin disampaikan oleh dorama berjudul Haitatsu Saretai Watashitachi
yang diartikan sebagai
We want to be delivered yang berdasarkan kisah
nyata scriptwriternya sendiri,
Isshiki Nobuyuki yang berjuang melawan depresi,
dimana setiap surat yang diantarkan Sawano memiliki ceritanya masing-masing yang memiliki nilai emosional yang erat antara si pengirim dan penerima surat.


Awalnya aku cuma iseng aja pengen nonton ini karena faktor
adanya
Tsukamoto Takashi (yang mendadak telat aku suka). Apalagi
cuma
lima episode dan diputar di WOWOW (terpaksa nyebut merek) yang notabene
menyajikan dorama-dorama bagus dan sampai saat ini dari beberapa dorama
yang udah kutonton, belum ada yang mengecewakan. Ternyata dorama ini
melebihi ekspektasiku, dimana selesai episode perdana, aku langsung
ingin menonton lanjutan episodenya. Plot ceritanya benar-benar menarik
menurutku -
apalagi aku lagi dalam kondisi yang sangat stress, nyaris seperti yang dialami Sawano.
Meskipun temanya berat; bunuh diri dan keterasingan, tapi dorama ini masih mempunyai sentuhan
sense of humor yang setidaknya membuatku nyengir. Cerita di tiap episodenya juga menarik. Aku paling suka cerita tentang
si nenek penjual dan
kameramen olahraga dengan atlit maraton. Satu lagi yang ku suka dari dorama ini adalah tidak mengumbar cerita sedih yang mengharu biru dengan berlebihan walaupun temanya sendiri tentang depresi dan kesedihan. Selain itu, musiknya juga enak dan asik. Yang nggak begitu aku suka adalah endingnya yang terkesan terburu-buru menyelesaikan 'masalah' yang ada.

Tak bisa dipungkiri, akting para pemainnyalah yang menjadikan dorama ini semakin asik untuk diikuti.
Kuriyama Chiaki, yang tentu saja karakternya memegang peranan besar di sini, menampilkan performa aktingnya yang memukau. Di satu sisi, kita akan merasa kesal, sebal bahkan menganggap karakter Yu bodoh dengan terlalu ikut campur urusan orang lain (dalam hal ini kehidupan pribadi Sawano). Namun, di sisi lain, kita juga merasa dia sebagai sosok yang hebat, membantu seseorang yang baru dikenalnya karena menganggap hidupnya tiba-tiba berubah karena surat yang diantarkan orang tersebut. Tapi ada satu adegan yang aku pribadi kurang setuju, dimana
SPOILER!! Yu bahkan rela mengumbar tubuhnya dan mencium Sawano demi 'menghidupkan' kembali jiwa Sawano yang mati. Yu juga awalnya ingin bunuh diri karena juga depresi dengan kehidupannya yang ditelantarkan oleh ibunya dan kurang
diperhatikan oleh sang ayah. Tapi setelah menerima surat dari ibunya tersebut, perlahan keinginannya bunuh dirinya hilang dan dia seperti
menemukan kembali sesuatu yang pernah hilang. Karena itu dia bersikeras ingin membantu Sawano. Selain Kuriyawa Chiaki, ada juga
Hasegawa Kyoko yang berperan sebagai istri Sawano, Masami yang setia menemani suaminya yang 'penyakitan' tersebut. Namun di sisi lain, Masami juga sebenarnya stress dan frustasi dengan kondisi sang suami. Aku jadi kasian dengan karakter ini tapi di sisi lain, juga sedikit kesal dengan karakternya. Tapi menurutku, sih dia juga nggak bisa serta merta disalahkan atas kasus Sawano karena Sawano sendiri juga nggak tegas awalnya.
It's just my own opinion!

Karakter sentral dorama ini tentu saja Sawano Hajime yang diperankan oleh
Tsukamoto Takashi. Biasanya lihat dia dapat peran yang kocak terus, liat dia serius di sini, jadi tambah menarik perannya. Bisa dibilang karakter
Sawano ini menjadi karakter yang mungkin paling mudah dilakukan oleh
Takashi, dengan hanya sedikit dialog dan hanya perlu kelihatan seperti orang yang
tidak tertarik pada apapun. Mimik dan
gesture yang ditampilkan Takashi udah cukup
perfect seperti orang yang putus asa. Lucunya, walaupun ingin bunuh diri, Sawano sama sekali nggak mau bunuh diri dengan cara yang menyakitkan dan caranya haruslah nyaman. Awalnya, aku sebel liat karakter Sawano ini dengan 'penyakit'nya tersebut karena sepertinya dia hanya mau lari dari tanggung jawab sebagai seorang kepala rumah tangga, suami sekaligus ayah. Dia seperti orang yang nggak punya perasaan, seperti robot. Tapi ternyata akhirnya aku maklum dan dia emang nggak bisa disalahkan atas apa yang menimpanya sehingga dia jadi seperti itu. Bisa jadi aku juga bakal kayak dia kalo ngalamin hal yang sama! Selain ketiga pemain utama diatas, ada juga pemain lain yang turut meramaikan, seperti
Horibe Keisuke,
Emoto Tasuku,
Sato Jiro,
Ishiguro Ken,
Nishioka Tokuma,
Nakao Akiyoshi,
Kurotani Tomoka,
Tabata Tomoko dan
Kyono Kotomi.
Akhirnya,
buat yang suka nonton dorama dengan jumlah episode sedikit dan mencari tema yang unik berbeda,
Haitatsu Saretai Watashitachi bisa dicoba, terutama buat yang lagi depresi dan ingin bunuh diri.